Skip to main content

Memajukan Desa Dengan Lidah Buaya

Alan Efendhi bersama mahasiswa magang dari UNS (Foto : ig @efendhi_alan.rv) Pemandangan berbeda tampak disalah satu pekarangan rumah warga di  jeruklegi ,  Desa Katongan ,  Kecamatan Nglipar ,  Kabupaten Gunungkidul ,  Yogyakarta . Tumbuhan berwarna hijau dengan sisi daun berduri, panjang dan menyempit pada ujungnya, serta memiliki daun berdaging tebal, berbunga dan berlendir berjejer rapi di hamparan tanah kering sedikit berpasir. Di bawah terik matahari seorang ibu-ibu dengan telaten menyiram tanaman-tanaman tersebut dengan selang air berwarna biru. Tidak jarang pemandangan itu menjadi tontonan dan bahan cibiran oleh warga sekitar yang berlalu-lalang. Seorang tani sedang menyiramkan air pada tanaman aloe vera (Foto: Screenshot Heroes CNN Indonesia ) “Emang mau nggudek (makan) lidah buaya ?” seloroh mereka. “Jangan didengerin, tugasnya ibu merawat, ke depan aku yang akan mengolah, enggak jual bahan mentah.” kata Alan menyemangati sang ibu melalui sambung...

Pentingnya Keterampilan Digital Untuk Mencegah Penyebaran Hoaks

 
Warning Sign (Foto: Pixabay)

Salah satu indikasi literasi digital yang rendah adalah maraknya penyebaran hoaks di media sosial . Fakta Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) yang ditemukan selama tahun 2018, terdapat 997 hoaks yang beredar di masyarakat dimana 488 di antaranya merupakan hoaks politik . Databoks KataData (2019) mencatat bahwa 52,9% berita hoaks politik terjadi pada tahun 2019 dan 47,1% pada tahun 2018. Apa artinya? Menjelang pemilu penyebaran hoaks politik semakin gencar dan marak terjadi terutama pada bulan Desember, melansir fitur Kemenkominfo pada Pemilu 2019 .

Kritis .

Menjadi salah satu kaidah berpikir yang sangat dibutuhkan di era arus informasi yang bergitu deras dan tak terbendung.Bagaimana tidak penyebaran hoaks begitu masif terjadi di dunia maya.Orang-orang tampak kebingunan untuk membedakan mana berita yang benar danberita palsu ( berita palsu ) . Belum lagi kita telah memasuki era post truth dimana fakta dan kebenaran tidak lagi menjadi hal yang penting.Sekalipun mengandung fakta, dibuat oleh elit atau tokoh masyarakat yang populer,suatu pendapat belum tentu benar. Kenapa? Karena narasi yang dibawakan terkadang sengaja dibuat untuk mengajak masyarakat berpikir sesuai dengan keinginan pembuat opini.

Misinformasi adalah keadaaan dimana penyebar berita palsu (hoax ) meyakini bahwa berita tersebut benar padahal kenyataannya tidak sama sekali bahkan 100 persen salah. Di dalam pemanfaatan post truth yang sangat efektif. Para “ tukang pelintir ” ini secara sengaja dan sadar menyebarkan disinformasi - berita bohong dengan tujuan tertentu-dengan trik yang begitu mudah, murah dan picik.

Ya,mereka memanfaatkan kecenderungan kita yang impulsif,mempertahankan emosi dan 'berperasaan' dalam menanggapi suatu berita. Judul yang bombastis,fantasistis dan hiperbolis digunakan untuk mengecoh perasaan kita. Penggunaan deretan tanda baca (!) - seru - dan huruf kapital dibuat sedemikian rupa agar orang percaya bahwa berita tersebut penting, genting, dan darurat.Penambahan kata VIRALKAN ” atau “ SEBARKAN ” sebuah pesan sudah menjadi “ bendera merah ” bagi bahwa ada yang dalam informasi tersebut. Kemampuan kita untuk mengenali lebih dini ciri atau tanda bahwa berita tersebut merupakan hoax atau berita palsu akan menentukan tingkat penyebarannya. 

Semakin kritis seseorang maka semakin sulit ia diyakinkan. Ketika seseorang terus menggali kebenaran suatu berita atau informasi, ia akan menyempatkan waktu untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan mengalir semuanya. Keinginan untuk membaca lebih banyak merupakan elemen yang sangat penting untuk mencegah kita menjadi korban misinformasi ataupun disinformasi .Saring sebelum sharing , think before posting ,dan bijak dalam bermedia sosial. Kecakapan digital adalah salah satu keterampilan yang akan membantu kita dari maraknya penyebaran berita bohong, fitnah, ujaran seperti, rangsangan, dan pelintiran berita yang bisa mengganggu ketenangan dan keteriban masyarakat dalam.

Keterampilan Berdigital

Tidak hanya sekedar mampu mengoperasikan smartphone,komputer atau teknologi, keterampilan digital yang mencakup kemampuan seseorang dalam memanfaatkan perangkat-perangkat digital untuk meningkatkan produktivitasnya dan meningkatkan kesejahteraannya.Itulah mengapa ada empat modul literasi digital yang dikeluarkan oleh Kominfo, Cakap Bermedia Digital , Budaya Bermedia Digital , Etis Bemedia Digital dan Aman Bemedia Digital . Modul tersebut sebaiknya dibaca dan dipahami dengan baik oleh masyarakat agar terhindar dari penipuan digital yang sangat merugikan, misalnya berita palsu atau hoax.

Digital Skills (Kecakapan Digital) adalah kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital . Budaya Digital (Budaya Digital) merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari). Etika Digital (Etika Digital) adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola digital ( netiket ) dalam kehidupan sehari-hari. Sementara Digital Safety (Keamanan Digital) merupakan kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi, keterampilan digital itu sebenarnya menuntut kita menjadi warga yang bertanggung jawab.Orang yang bertanggung jawab tidak akan merugikan orang lain. Sebaliknya ikut berkolaborasi dan berkolaborasi mewujudkan lingkungan offline/online yang aman, tentram dan damai. Kemampuan kita dalam mengakses berbagai informasi adalah satu hal,namun bagaimana kita memanfaatkan informasi tersebut-mendekonstruksinya menjadi hoax- hanya menunjukkan ketidak-etisan kita dalam bermedia sosial.

Seperti video hoax yang baru-baru ini beredar tentang pendeklarasian dukungan panglima TNI untuk salah satu kandidat calon presiden 2024 nanti. Cuplikan video yang ditampilkan melenceng dari kejadian yang sesungguhnya. Di edit berupa rupa dengan bukti video dan audio-yang terbukti hasil rekayasa-untuk meyakinkan masyarakat bahwa kabar tersebut benar adanya. Bayangkan jika kita tidak hati-hati, tidak berusaha merasionalisasi apa yang terjadi, tidak cukup cakap dalam pemberitaan di ranah digital, kita bisa menjadi kontributor hoax yang meresahkan dan mengancam persatuan bangsa.

Kompetensi Literasi Digital

Japelidi (2018)

Tular Nalar (2020)

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) 2020

Kementrian Komunikasi dan Informatika,Siberkreasi & Deloitte (2020)

10 Kompetensi

8 Kompetensi

5 Kompetensi

4 Area Kompetensi

● Akses

● Paham

● Seleksi

● Distribusi

● Produksi

● Analisis

● Verifikasi

● Evaluasi

● Partisipasi

● Kolaborasi

● Mengakses

● Mengelola

Informasi

● Mendesain

Pesan

● Memproses

Informasi

● Berbagi Pesan

● Membangun

Ketangguhan Diri

● Perlindungan

Data

● Kolaborasi

● Kelola Data

Informasi

● Komunikasi dan

Kolaborasi

● Kreasi Konten

● Keamanan Digital

● Partisipasi dan Aksi

● Keterampilan Digital

● Budaya Digital

● Etika Digital

● Keamanan Digital

Sumber: Modul Literasi Digital

Sudahkah SohIB mengukur kompetensi literasi digital menggunakan kerangka di atas?Jika belum, yuk sama-sama mengisi “ Evaluasi Kompetensi ” yang telah disediakan pada setiap bab 'Modul Literasi Digital' untuk internet Indonesia yang lebih baik.

Tips Menghindari Hoaks

1. Skeptis

Jangan mudah percaya pada setiap informasi yang beredar di internet.Selalu ragu akan kebenaran berita yang tersebar sampai ditemukannya sumber yang bisa kebenarannya.Lakukan check and recheck , double check , verifikasi silang untuk menilai keabsahan berita yang tersebar.Hal ini mungkin akan memakan waktu dan 'sedikit' melelahkan tapi jauh lebih baik daripada kamu memperpanjang UU ITE sebagai orang yang ikut serta menyebarkan hoax.

2. Kritis

Tidak langsung membagikan berita namun perasaan kamu percaya tentang 'kebenaran' berita tersebut. Lakukan penalaran dan coba telusuri sumber beritanya. Pastikan berasal dari media yang akuntabel, kredibel dan terdaftar di dewan pers. Media-media tersebut tentu saja akan memberitakan sesuatu dengan mengikuti kaidah jurnalistik yang ada.

3. Cek Fakta

cekfakta.com adalah sebuah proyek kolaboratif pengecekan fakta yang dibangun di atas API Yudistira oleh MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) dan mengunjungi bekerja sama dengan beberapa media online yang tergabung di AJI (Aliansi Jurnalis Independen) dan AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia) serta di dukung oleh Google News Initiative dan Internews serta First Draft .Langsung https://cekfakta.com jika kamu ragu benar tidaknya berita yang dibaca.

4. Laporan

Setelah kalian menjalankan tiga langkah di atas dan meyakini bahwa berita tersebut adalah hoaks yang mungkin kebenarannya,maka langsung saja adukan konten tersebut melalui email : aduankonten@kominfo.go.id atau akun twitter @aduankonten atau melalui WhatsApp di nomor 081-1922-4545.

Referensi:

https://kominfo.go.id

https://cekfakta.com

https://databoks.katadata.co.id/

*Tulisan ini diikutsertakan pada SohIBBBerkompetisiArtikel

 

 

 

 




Comments

Popular posts from this blog

Memajukan Desa Dengan Lidah Buaya

Alan Efendhi bersama mahasiswa magang dari UNS (Foto : ig @efendhi_alan.rv) Pemandangan berbeda tampak disalah satu pekarangan rumah warga di  jeruklegi ,  Desa Katongan ,  Kecamatan Nglipar ,  Kabupaten Gunungkidul ,  Yogyakarta . Tumbuhan berwarna hijau dengan sisi daun berduri, panjang dan menyempit pada ujungnya, serta memiliki daun berdaging tebal, berbunga dan berlendir berjejer rapi di hamparan tanah kering sedikit berpasir. Di bawah terik matahari seorang ibu-ibu dengan telaten menyiram tanaman-tanaman tersebut dengan selang air berwarna biru. Tidak jarang pemandangan itu menjadi tontonan dan bahan cibiran oleh warga sekitar yang berlalu-lalang. Seorang tani sedang menyiramkan air pada tanaman aloe vera (Foto: Screenshot Heroes CNN Indonesia ) “Emang mau nggudek (makan) lidah buaya ?” seloroh mereka. “Jangan didengerin, tugasnya ibu merawat, ke depan aku yang akan mengolah, enggak jual bahan mentah.” kata Alan menyemangati sang ibu melalui sambung...

Pengen Punya Rumah? Ini Salah Satu Investasi Yang Bisa Dilakukan

  Homebuying (Foto: Pixabay) Berbeda dibanding generasi sebelumnya milenial menganggap kepemilikan rumah bukan menjadi hal yang mendesak. Alih-alih membeli mereka lebih senang dengan menyewa tempat tinggal. Alasannya bisa bermacam-macam mulai dari fleksibiltas, berpindah-pindah agar menemukan suasana baru yg nyaman sampai keengganan memiliki hunian yang tidak sesuai dengan karakteristik ‘ rumah idaman .’ Renter generation . Ya, itulah julukan untuk para milenial saat ini. Usia muda ‘mendesak’ mereka untuk memperoleh kebahagiaan sesegera mungkin sementara kebahagiaan di ‘usia tua’ seperti memiliki rumah nampaknya berada pada wish list paling akhir. Bukan berarti memiliki tempat tinggal tidak penting bagi mereka, gaya hidup anak muda saat ini memang agak sedikit berbeda dibanding pendahulunya. Terlihat jelas dari bagaimana mereka menyusun skala prioritas pada setiap jenjang kehidupan yang dilalui. Taruhlah mereka dihadapkan pada dua pilihan antara membeli mobil atau menyicil r...

Beberapa Alasan Mengapa UMKM Sebaiknya Memiliki Website

Template Layout Website (Foto: Pixabay) Pada tahun 2045 Indonesia diprediksi akan menempati peringkat ke 4 dengan ekonomi terkuat di dunia. Di tahun 2025, Indonesia akan memimpin sebagai Negara dengan ekonomi digital terbesar se-kawasan Asia Tenggara.Di tahun 2030, Indonesia akan memperoleh bonus demografi dimana hampir semua penduduknya berada pada usia produktif antara 15-64 tahun. Untuk tahun ini, apa kira-kira langkah pasti yang bisa di kerjakan untuk memperbaiki kondisi keuangan dan ekonomi Indonesia, terutama UMKM sebagai backbone ekonomi nasional? Dibalik kesenangan selalu ada kesukaran, Berakit-rakit dahulu, berenang-renang kemudian. Tak ada laut yang tak berombak, Siapa menjala, siapa terjun.   Peribahasa diatas mungkin sedikit mewakili situasi masyarakat ketika ditimpa suatu bencana (dalam hal ini Covid-19 ) yang tak terduga, tak disangka-sangka, dan tanpa antisipasi memadai, lalu kemudian secara bersamaan digempur oleh kecepatan dan kecanggihan teknologi yang sekal...