![]() |
| Template Layout Website (Foto: Pixabay) |
Pada tahun 2045 Indonesia diprediksi akan menempati peringkat ke 4 dengan ekonomi terkuat di dunia. Di tahun 2025, Indonesia akan memimpin sebagai Negara dengan ekonomi digital terbesar se-kawasan Asia Tenggara.Di tahun 2030, Indonesia akan memperoleh bonus demografi dimana hampir semua penduduknya berada pada usia produktif antara 15-64 tahun. Untuk tahun ini, apa kira-kira langkah pasti yang bisa di kerjakan untuk memperbaiki kondisi keuangan dan ekonomi Indonesia, terutama UMKM sebagai backbone ekonomi nasional?
Dibalik kesenangan selalu ada
kesukaran,
Berakit-rakit dahulu, berenang-renang
kemudian.
Tak ada laut yang tak berombak,
Siapa menjala, siapa terjun.
Namun, bukan manusia namanya jika tidak bisa
berpikir. Mereka selalu saja menemukan peluang ditengah keterbatasan dan
kesulitan yang ada. ’Pandemi teknologi’ menjadi racun yang mengobati. Saat ini Indonesia
menempati peringkat 74
dari 120 Negara dalam kategori readiness atau kesiapan masyarakat dalam
menghadapi transformasi digital. Tidak buruk, tetapi wajib ditingkatkan. Pola pikir
dan perilaku hidup masyarakat harus berubah agar bisa beradaptasi dengan dunia
yang semakin terdigitalisasi. Salah satunya adalah dengan ‘melek digital’.
Krisis-krisis yang tengah terjadi entah itu
kesehatan, keuangan, energi dan pangan, mendorong kita untuk mengoptimalkan
keberadaan teknologi agar bisa bertahan. Meskipun kecepatan pemulihan mungkin
berbeda antar wilayah, entah karena infrastruktur digital yang kurang memadai, latar
belakang pendidikan yang berbeda, tingkat literasi digital yang masih minim, transformasi
digital nampaknya masih menjadi solusi teratas untuk mengatasi persoalan yang
dihadapi. Adopsi teknologi akan mendorong pemulihan ekonomi yang lebih cepat, merata
dan berkelanjutan. Apalagi penetrasi internet kita telah mencapai 77,02
% atau sekitar 210.026.769 jiwa orang Indonesia telah terkoneksi dengan
internet.
Data Bank Dunia menunjukkan bahwa sekitar 80%
UMKM yang terhubung ke dalam ekosistem digital memiliki daya tahan lebih baik. Artinya,
dengan mengoptimalkan koneksi internet untuk terhubung dalam jejaring
ekosisitem digital akan mendorong ekonomi yang lebih inklusif sehingga
pemerataan ekonomi akan tercapai dan masyarakat akan jauh lebih sejahtera. Mendigitalkan
bangsa mutlak diperlukan untuk Indonesia yang lebih baik. Go online, Go
digital, Go productive.
Laporan
dari Google, Temasek, dan Bain Company e-Conomy SEA 2021,menyatakan bahwa pasar
ekonomi digital di Asia Tenggara mengalami kenaikan hingga 49 persen dari
US$117 miliar pada 2020 menjadi US$174 miliar pada 2021. Menurut World Bank,
Indonesia adalah salah satu ekonomi digital dengan pertumbuhan tercepat di Asia
Tenggara. Google memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi
digital nomor satu di Asia Tenggara pada tahun 2025. Hal ini tentu saja tidak
terlepas dari penetrasi internet kita yang kian merata. Rata-rata orang
Indonesia menghabiskan waktu 8
jam 52 menit untuk berselancar di internet. Riset DataReportal menyebut
kalau jumlah
perangkat seluler yang terkoneksi di Indonesia mencapai 370,1 juta
pada Januari 2022. Mungkin ada yang bertanya-tanya bagaimana bisa jumlah smartphone
melebihi jumlah keseluruhan populasi di Indonesia yaitu 272,68
juta jiwa? Ya, karena hampir semua orang Indonesia memiliki dua handphone.
Pertanyaannya,apa yang mereka lakukan? Produktifkah?
![]() |
| Shopping, Online. E-Commerce (Foto: Pixabay) |
Laporan APJII dalam Profil Internet Indonesia
2022 menemukan bahwa media sosial menjadi konten internet yang paling sering
diakses sekitar 89,15%. Google juga menempati urutan pertama sebagai aplikasi browsing
yang paling sering digunakan yaitu sekitar 76,95% diikuti oleh Uc Browser
4,95%. Bagaimana dengan belanja online? Ternyata orang Indonesia lebih sering mengakses
platform belanja online dibanding belajar online. Sekitar 21,26%
masyarakat mengakses shopping online sementara belajar online hanya
diakses sekitar 2,81%. Hasil ini bukan berarti bahwa masyarakat kita lebih senang
belanja dibanding belajar.
Sekitar 3.012 responden pada survey tersebut masuk
pada kategori usia 19-34 tahun dimana rata-rata dari mereka mungkin telah
bekerja. Kalaupun ada mahasiswa, mereka jarang menggunakan platform
belajar online karena biasanya aplikasi tersebut lebih banyak diakses atau
diperuntukkan untuk anak sekolah. Ada sekitar 905 orang kelompok usia 13-18
tahun yang berpartisipasi pada survey tersebut. Hasilnya menjadi cukup masuk
akal karena secara kuantitas memang berbeda. Data ini dimunculkan agar para
pembaca menjadi lebih yakin bahwa memang ada pergeseran gaya hidup masyarakat
selama pandemi.Terutama kebiasaan belanja masyarakat.
Menurut Digital 2022 Global Overview
Report, Indonesia menempati posisi ke 5
sebagai negara yang warganya paling sering belanja online. NielsenIQ mencatat jumlah konsumen belanja
online di Indonesia yang menggunakan e-commerce mencapai 32 juta
orang pada 2021. Jumlahnya melesat 88 persen dibandingkan 2020 yang hanya 17
juta orang. Survey yang dilakukan oleh Institute of Social Economic Digital
(ISED) selama 1 tahun pandemic terlihat bahwa penggunaan aplikasi e-commerce
meningkat sebesar 16%. Ketika ditanya bagaimana kemudahan dalam berstansaksi
atau berbisnis secara online selama pandemic,78% diantara mereka menjawab mudah
dan lancar. Mayoritas dari responden juga menganggap bahwa teknologi memberikan
kemudahan dalam hidup mereka.
Laporan dari Navigating Indonesia’s
E-Commerce: Omnichannel as the Future of Retail, menyatakan bahwa 74,5
persen konsumen lebih banyak berbelanja online daripada berbelanja offline.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid seperti
yang dikutip dari suara.com, juga menyampaikan bahwa lebih dari 74
persen konsumen di Indonesia lebih memilih belanja secara online. Tren ini
diprediksi akan terus berlanjut pasca pandemi. Masyarakat mulai menerima dan
mempunyai preferensi tertentu terkait pengalaman mereka dalam berbelanja secara
daring. Selain kemudahan dan kenyamanan ketika bertransaksi, platform-platform
belanja online juga seringkali memberikan promo dan diskon besar-besaran
yang tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. Lantas bagiamana pelaku
usaha bisa memaksimalkan peluang yang ada?
![]() |
| Woman, Entrepreneur, Owner (Foto: Pixabay) |
Kenapa UMKM? Karena sektor inilah yang paling
terpukul akibat adanya pandemi covid-19. Berdasarkan hasil Survei Pelaku Usaha
yang dilakukan BPS pada bulan Juli 2020, 84,20 persen UMK mengalami penurunan
pendapatan (BPS, 2020a). Bank
Indonesia menyebutkan sebanyak 87,5 persen UMKM terdampak pandemi Covid-19. Meskipun
jumlahnya cukup tinggi, namun masih tersisa sekitar 12,5 persen pelaku usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang justru tidak mengalami kondisi serupa
dan cenderung mengalami peningkatan penjualan.
Hasil riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) pada
2020 mencatat bahwa sebesar 42,1% konsumen toko online melaporkan peningkatan
pengeluaran saat pandemi. Adanya Pembatasan Sosial Berskala Bersar (PSBB)
mendorong meningkatnya aktivitas online yang dilakukan oleh masyarakat. We
Are Social Digital Indonesia pada 2022 mencatat sebanyak 158,6
juta orang melakukan belanja online dengan kenaikan
tahunannya mencapai 14,9%.Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi e-commerce
tembus Rp401,25 triliun pada 2021 dengan volume transaksi 1,73 miliar.
Jadi, meskipun sempat tertatih-tatih akibat
pandemi dan pembatasan, sektor UMKM akan kembali tumbuh dan menguat selama
mengandalkan solusi digital. Inilah yang menjadi salah satu alasan pemerintah
menargetkan 30
juta UMKM onboard digital pada 2024.Selain fleksibilitasnya, UMKM
juga berkontribusi terhadap produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 61,07% atau
senilai Rp 8.573,89 triliun.UMKM merupakan tulang punggung ekonomi nasional
kita. Mereka tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia dari pinggiran, pelosok,
desa, sampai perkotaan. Memperdayakan mereka akan memberikan kemakmuran kepada
rakyat bahkan sampai ke kalangan yang paling bawah sekalipun. UMKM banyak
mempekerjakan orang-orang yang berada di kawasan yang sama.
Kementerian Koperasi dan UKM mencatat hingga
Februari 2022 sudah ada 17,25
juta pelaku UMKM yang terhubung ke dalam ekosistem digital. Kontribusi UMKM
terhadap perekonomian Indonesia meliputi kemampuan menyerap 97% dari total
tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4% dari total investasi.
Bisa dibayangkan berapa banyak keuntungan yang diperoleh Indonesia jika jumlah
keseluruhan UMKM yaitu 64,2 juta bertransformasi secara digital. Pengangguran
berkurang karena menyerap pekerja lokal, kesejahteraan tercapai karena
pendapatan rakyat mulai meningkat, industi digital Indonesia bertumbuh karena
kebutuhan UMKM untuk terus terkoneksi dalam ruang lingkup digital, dan sistem
keuangan dan ekonomi nasional yang terus menguat, tangguh, dan sustainable.
Perlu diingat bahwa segala pencapaian yang
akan didapatkan oleh Indonesia pada tahun 2025 ataupun 2045 nanti tidak akan
terwujud begitu saja seiring tahun-tahun berlalu. Banyak strategi-strategi pendukung
yang perlu disusun termasuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang
terampil teknologi. Salah satu yang menjadi fokus pemerintah, bank central, serta
industri-industri terkait adalah pemberdayaan UMKM dan perempuan. Mengapa UMKM?
Selain karena alasan-alasan yang telah disebutkan diatas,99 % pelaku usaha di
Indonesia adalah UMKM. Kenapa perempuan? Karena mayoritas pelaku UMKM adalah
mereka, para perempuan.
Ketika pandemi melanda, mereka menjadi pihak
yang paling banyak dirugikan. Beberapa pengusaha perempuan mengalami
kebangkrutan akibat keterbatasan keuangan (ILO, 2020). Inilah salah satu alasan
pentingnya bagi UMKM untuk memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB). Bukan hanya
sekedar untuk mendapatkan sertifikasi halal atau SNI pada produknya, tetapi
transformasi usaha dari informal ke formal akan memberikan kemudahan bagi UMKM
untuk mengakses pembiayaan dari perbankan. Saat ini masih banyak pelaku usaha
informal yang membiayai usahanya menggunakan modal pribadi ataupun dari
rentenir. Hal ini tentu saja sangat merugikan karena pembiayaan informal hanya
bertujuan untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperdulikan
keberlangsungan dari suatu usaha. Dengan memperoleh izin usaha yang
terintegrasi secara elektronik, pelaku UMKM akan memperoleh jaminan
kesejahteraan sosial yang memadai. Program-program yang dicanangkan pemerintah
dalam mendukung pertumbuhan UMKM agar lebih kuat dan berdaya saing global akan
lebih tepat sasaran.
![]() |
| Puzzle Money Business (Foto: Pixabay) |
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019
lalu, Indonesia akan memperoleh bonus demografi usia produktif (15-64 tahun)
pada tahun 2030 yang didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z. Mereka
adalah generasi yang begitu fasih dalam menggunakan teknologi, digital
native. Diantara mereka ada istilah ‘lebih baik lupa bawa dompet daripada
lupa membawa hp’. Mereka memiliki kebiasaan untuk terus terkoneksi. Rebahan
tapi produktif. Ponsel pintar harus bisa mengakomodasi segala kebutuhan mereka,
mulai dari makan dan minum, hiburan, belanja sampai investasi. Mereka adalah
pasar yang begitu potensial. Lalu dimana masalahnya?
Para digital transmigrant ini tentunya memiliki pola pikir dan perilaku
yang berbeda dibanding generasi setelahnya. Beberapa diantara mereka mungkin
berpikir sudah terlalu tua untuk belajar teknologi. Yang lain merasa percuma toh
dagangannya juga masih laku dibeli oleh tetangga-tetangga dekat rumah. Atau
yang paling mentok, pendapatan yang didapat dirasa sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Ya memang sih merasa cukup itu
penting untuk meningkatkan rasa syukur kita kepada Tuhan. Tidak ada yang salah
dengan mindset kebercukupan semacam itu.
Tapi, jika yang sedikit saja bisa membahagiakan bagaimana dengan yang banyak?
Saat ini segala sesuatunya serba teknologi jadi tidak ada salahnya bahkan
mutlak dibutuhkan untuk ber-mindset digital. Seperti yang disampaikan
sebelumnya bahwa baby boomer dan gen x ini mengalami kendala dalam mengadaptasi
penggunaan teknologi. Mereka mungkin saja sanggup menciptakan produk yang
dibutuhkan namun tidak memiliki akses kepada konsumen yang lebih luas karena
ketidakmampuannya dalam memanfaatkan pasar ritel online. Dari data Kemenkop-UKM
baru 15% usaha yang memanfaatkan platform marketplace e-commerce untuk
berjualan. Kebanyakan usaha online hanya memanfaatkan media sosial seperti WhatsApp,
Instagram, TikTok untuk memasarkan produknya. Tentu saja jangkauan pasarnya
sedikit berbeda apalagi kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakan platform e-commerce
untuk berbelanja. Selain promo gratis ongkir yang menggiurkan, belanja di jalur
ini dianggap lebih mudah, murah dan aman.
Karena konsumennya sudah online, maka UMKM juga harus online.
Ibaratnya untuk saat ini, kebanyakan penjual hanya menjajalkan barang
dagangannya di dalam ‘goa’ tapi keseluruhan konsumennya ada di
‘metaverse.’Kalau produknya berkualitas, enak (jika makanan), menggunakan bahan
dasar yang ramah lingkungan, kemasannya eksklusif, dan merupakan produk lokal
yang telah berskla internasional, pembeli mungkin tidak terlalu keberatan
dengan jarak yang terlampau jauh demi menikmati produk tersebut.
Tapi, hal ini tidak akan berlangsung lama jika konsumen menemukan produk
dengan kualitas yang hampir serupa namun lebih terjangkau dari segi jarak. Efisiensi
menjadi pertimbangan yang penting. Bukan berarti pabriknya harus pindah dari
goa ke metaverse. Tapi alur pemesanannya yang lebih tertata. Berjualan dalam
platform digital entah itu berbasis e-commerce ataupun website
memiliki keunggulan tersendiri. Selain gambar dan deskripsi produk yang lebih
lengkap, para pembeli juga bisa mengandalkan gratis ongkir yang disediakan oleh
platform yang tentunya akan lebih menghemat dana, waktu dan tenaga dari konsumen.
Oleh karena itu agar tetap bisa kompetitif baik dipasar lokal maupun
internasional kemendag melakukan beberapa upaya percepatan transformasi digital di
sektor ritel maupun usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui berbagai
pelatihan.
"Kemendag melakukan pelatihan pemasaran
online series, pelatihan penguatan kualitas produk, pelatihan manajemen usaha,
pendampingan desainer, dan tutorial pameran online bekerja sama dengan asosiasi
maupun komunitas," Kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan (dikutip
dari tribunnews.com).
Kelemahan
iklim kewirausahaan di Indonesia memang terletak pada aspek Entrepreneurial
Aspirations yang menggambarkan strategi inovasi, pengembangan produk dan
upaya perluasan pasar.Maka dari itu penting untuk terus melakukan sosialisasi, edukasi
dan pelatihan kepada UMKM agar mereka ‘melek digital’ sehingga mampu bersaing
dengan produk impor yang saat ini jumlahnya cukup banyak di marketplace. Kesadaran
digital akan menciptakan produk unggul yang kreatif dan inovatif.Salah satu
langkah konkret yang harus dikuasi dan dilakukan oleh pelaku UMKM agar
produknya bisa dikenal lebih luas adalah dengan menerapkan digital marketing
.
UMKM
Wajib Punya Website
![]() |
| Online Shopping E-Commerce (Foto: Pixabay) |
Misalkan, Anda
memiliki usaha jual kue yang diberi nama ‘Toko Kue Indonesia’. Penghasilan dari
toko ini sebenarnya sudah lumayan untuk menghidupi keluarga, namun, Anda menginginkan
penghasilan tambahan agar bisa membeli kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti
etalase yang lebih besar dan kendaraan untuk berlibur bersama keluarga. Sayangnya
pendapatan dari jualan kue saat ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
hari-hari. Anda mencari cara untuk memperoleh tambahan pendapatan agar bisa
menabung. Karena itu omzet harus ditingkatkan dan syaratnya tentu saja yang
membeli harus lebih banyak lagi. Jika yang membeli cuma tetangga di sekitar
rumah maka penghasilan Anda akan tetap begitu saja. Lalu bagaimana caranya agar
orang Indonesia tau bahwa saya sedang jualan kue? jawabannya sama, Anda harus
punya website. Kenapa website? Berikut penjelasannya.
Jadi saat ini
adalah zaman yang serba digital, serba teknologi, serba smartphone dan
serba online. Mulai dari belajar, bekerja, sampai berjualan semuanya
dilakukan secara online. Karena adaptasi teknologi semakin masif, hampir
semua orang memiliki ponsel pintar, maka sebagai pelaku usaha kita perlu
menjual atau memasarkan barang dan jasa sesuai dengan tren yang ada. Hampir
semua konsumen membeli barang melalui jalur daring dan malas ke toko. Mereka
lebih mengandalkan jasa pengantaran. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan
mereka akan makan kue, kita harus mengikuti gaya belanja mereka.
Memiliki website
adalah salah satu langkah pasti yang harus dilakukan untuk menjangkau banyak
konsumen dari pelosok sampai perkotaan. Inilah yang dinamakan digital
marketing atau online marketing. Pemasaran produk dan jasa yang
mengandalkan perangkat-perangkat teknologi agar produk bisa dikenal secara luas
dan menjangkau semua konsumen dimanapun mereka berada. Memperkenalkan produk
melalui door to door, mouth to mouth, atau menyebarkan banyak brosur
sudah tidak relevan dan efisien. Bahkan kita tidak memerlukan toko fisik karena
website itu sendiri berfungsi sebagai toko virtual. Didalamnya
sudah tersaji informasi lengkap tentang detail produk, mulai dari corak, persediaan,
ekspedisi, dan metode pembayaran yang bisa dilakukan. Gambar-gambar produk pada
halaman website menggantikan fungsi window shopping. Bahkan ada
nilai tambah bagi pelanggan karena tidak perlu malu meninggalkan toko virtual
tanpa membeli satu barangpun. Tidak akan ada SPG yang mengikuti dari
pertama kali menginjakkan kaki sampai keluar dari toko. Studi menunjukkan bahwa
untuk manusia, interaksi tatap muka menuntut keterlibatan yang lebih emosional
daripada interaksi dengan mesin. Itulah alasan mengapa platform online
menjadi begitu popular. Dengan memiliki website pelanggan bebas 24 jam
untuk melihat, memantau dan membandingkan berbagai produk. Bahkan pembelian
tidak harus diselesaikan saat itu juga. Cukup masukkan barang kedalam keranjang
belanja dan lakukan pembayaran esok harinya.
Dalam sebuah
riset yang dilakukan oleh Blibli bersama Boston Consulting
Group,ditemukan bahwa UMKM
yang telah go digital atau terhubung dengan platform digital diyakini
bisa mendongkrak pendapatannya 1,1 kali lebih tinggi dari UMKM yang hanya eksis
secara fisik.
"UMKM
online juga 2,1 kali lebih berpeluang untuk menjual barang di skala nasional,
dan 4,6 kali lebih berpeluang untuk mengekspor barang ke luar negeri,"
ujar Managing Director Boston Consulting Group, Haikal Siregar, dalam
keterangan resminya, Jumat (19/8/2022) seperti yang dikutip dari idxchannel.com
Jadi tidak ada alasan bagi UMKM untuk tidak memiliki website. Apalagi ditengah pandemi yang belum selesai sepenunhnya. Proses jual beli harus tetap berjalan. Keuntungan harus tetap dimaksimalkan, tapi kesehatan juga harus tetap menjadi prioritas utama. Penjualan melalui website akan mengurangi interaksi fisik. Dengan menjaga jarak Indonesia akan pulih lebih cepat. Tentu saja dengan mengandalkan solusi digital Indonesia akan tumbuh lebih kuat apalagi para pelaku UMKM telah memahami bagiamana pentingnya menerapkan digital marketing melalui website yang bisa dikelola sendiri. Lantas, apa yang perlu dipersiapkan pelaku UMKM sebelum membuat website?
![]() |
| Website Design (Foto: Pixabay) |
1. Menentukan Nama Toko
Nama toko ini sangat penting karena berfungsi sebagai identitas diri kita. Jangan menyulitkan pelanggan dengan nama yang amburadul, tidak jelas, dan sulit diingat dan dimengerti. Ada baiknya nama toko mewakili ciri produk yang ditawarkan. Menggunakan nama pribadi masih lebih baik dibanding menggunakan nama Toko XCY6E9F9E. Pelanggan biasanya mengetik keyword sederhana pada Google untuk mencari barang yang dibutuhkan. Ketika mengetik kata ‘kue’ website yang baik akan muncul diposisi teratas pada halaman utama. Penggunaan nama ‘Toko XCY6E9F9E’ tidak hanya meragukan pembeli tapi membingungkan mesin pencari. Google mungkin saja membacanya sebagai situs yang berbahaya dan mengandung konten negative. Pada akhirnya pelanggan akan diarahkan pada situs website yang lebih jelas, bisa dipercaya, dan aman. Pastikan nama yang dipilih masih memiliki ketersediaan domain. Silahkan mencoba melakukan pembelian domain murah atau gratis di penyedia web hosting untuk mengecek nama-nama yang tersedia. Jika telah menemukan nama yang tepat dan domain-nya tersedia, silahkan lanjut pada langkah berikutnya.
2. Memilih Layanan Hosting Terpercaya
Bukan hanya
nama domain yang penting tapi pemilihan layanan atau web hosting
juga harus tepat. Nama bagus akan percuma jika setiap kunjungan pada website
tersebut memunculkan kalimat ‘halaman website tidak diketahui’ atau ‘halaman
yang dituju tidak aman.’ Pihak hosting mungkin saja tidak memiliki
infrastruktur yang memadai sehingga server yang dituju seringkali down.
Belum lagi fakta bahwa bahwa setiap menit ada 90
ribu serangan hacker yang
terjadi. Bayangkan jika hosting tidak menyediakan fitur keamanan yang
memadai seperti Anti Malware dan SSL. Pelanggan hilang dan kemanan data
terancam. Karena itu pilihlah hosting yang menyediakan fitur lengkap
dengan harga yang kompetitif.
Ada baiknya meminta saran kerabat yang lebih dahulu menggunakan penyedia layanan web hosting atau membaca beberapa review pelanggan. Para pelaku usaha UMKM yang telah memiliki website pastinya memiliki referensi hosting yang bisa dipercaya dan diandalkan. Salah satu pertimbangan adalah harga murah namun menyediakan fasilitas lengkap dengan kualitas yang maksimal. Selain itu memberikan layanan selama 24 jam. Jadi tidak perlu khawatir jika terjadi kendala dalam memuat website, misalkan sulit di akses atau mengalami delay lebih dari dua detik. Mereka harus sigap membantu dan pastikan para teknisinya diisi oleh orang-orang yang bersertifikat yang ahli dibidangnya. Hal ini menjadi penting karena menurut penelitian pengunjung akan cepat meninggalkan halaman website yang membutuhkan waktu lebih dari dua detik untuk diakses. Tentunya untuk mengantisipasi gangguan ini dibutuhkan infrastuktur network yang canggih. Server hosting terbaik adalah mereka yang memberikan pelayanan maksimal bagi customernya.
3. Menentukan Jenis Hosting
1. Shared
hosting
Bagi pengguna
pemula, sangat disarankan untuk menggunakan jenis hosting yang
satu ini. Selain sederhana harganya pun cukup murah sehingga tidak akan berat
di kantong. Namun, shared hosting mengharuskan kamu
berbagi server dengan orang lain. Jadi kinerja website-mu
akan terpengaruh pada saat traffic dari website pengguna
lain tersebut tinggi.
2. Cloud
based hosting
Rekomendasi hosting bisnis bagi UMKM. Serbuan online shopper
ke website kamu akan menaikkan traffic yang mungkin bisa
mengganggu kerja server. Tapi gangguan itu tidak akan terjadi jika kamu
memilih hosting ini. Meskipun server sedang bermasalah tidak
akan berpengaruh pada website kamu karena cara kerja cloud
hosting yaitu dengan menyimpan salinan file dan resource di beberapa
server fisik. Hosting ini memungkinkan ratusan server bekerja
bersama maka tidak akan mengalami downtime.
3.
VPS hosting
VPS
atau Virtual Private Server merupakan layanan hosting yang
menggunakan teknologi virtualisasi untuk memberi sumber daya (pribadi) khusus
di server dengan banyak pengguna. Untuk
mengoperasikannya kamu harus mempunyai skill
manajemen dan tahu cara mengoperasikan terminal. Kebebasan
mengontrol, mengkustomisasi, dan mengkonfigurasi server virtual tentunya
memerlukan keahlian khusus. Hosting ini lebih cocok bagi mereka yang
berpengalaman dan tingkat pengetahuan teknisnya berada pada level menengah.
4.
WordPress hosting
WordPress hosting sebenarnya masuk dalam kategori shared hosting yang difungsikan khusus untuk para pengguna website dari WordPress.Memiliki beberapa fitur menarik diantaranya adalah menyediakan ratusan tema gratis, dan tema premium yang bisa membuat website terlihat lebih professional. WordPress juga menyediakan aplikasi yang memudahkan dalam mengedit konten dari mana saja dan kapan saja. Untuk memulai berjualan online, UMKM bisa memanfaatkan hosting ini sebagai permulaan.
Saat ini banyak sekali penyedia layanan web hosting
di Indonesia. Selain harga murah, kecepatan baik, dan garansi uang kembali, pastikan
memilih layanan yang bersertifikat ISO dan memberikan performa terbaiknya, misalkan
memberikan secara gratis sistem keamanan yang bisa memproteksi website
dari perangkat lunak berbahaya(malware).






Comments
Post a Comment