Skip to main content

Memajukan Desa Dengan Lidah Buaya

Alan Efendhi bersama mahasiswa magang dari UNS (Foto : ig @efendhi_alan.rv) Pemandangan berbeda tampak disalah satu pekarangan rumah warga di  jeruklegi ,  Desa Katongan ,  Kecamatan Nglipar ,  Kabupaten Gunungkidul ,  Yogyakarta . Tumbuhan berwarna hijau dengan sisi daun berduri, panjang dan menyempit pada ujungnya, serta memiliki daun berdaging tebal, berbunga dan berlendir berjejer rapi di hamparan tanah kering sedikit berpasir. Di bawah terik matahari seorang ibu-ibu dengan telaten menyiram tanaman-tanaman tersebut dengan selang air berwarna biru. Tidak jarang pemandangan itu menjadi tontonan dan bahan cibiran oleh warga sekitar yang berlalu-lalang. Seorang tani sedang menyiramkan air pada tanaman aloe vera (Foto: Screenshot Heroes CNN Indonesia ) “Emang mau nggudek (makan) lidah buaya ?” seloroh mereka. “Jangan didengerin, tugasnya ibu merawat, ke depan aku yang akan mengolah, enggak jual bahan mentah.” kata Alan menyemangati sang ibu melalui sambung...

Pengen Punya Rumah? Ini Salah Satu Investasi Yang Bisa Dilakukan

 

Homebuying (Foto: Pixabay)

Berbeda dibanding generasi sebelumnya milenial menganggap kepemilikan rumah bukan menjadi hal yang mendesak. Alih-alih membeli mereka lebih senang dengan menyewa tempat tinggal. Alasannya bisa bermacam-macam mulai dari fleksibiltas, berpindah-pindah agar menemukan suasana baru yg nyaman sampai keengganan memiliki hunian yang tidak sesuai dengan karakteristik ‘rumah idaman.’

Renter generation. Ya, itulah julukan untuk para milenial saat ini. Usia muda ‘mendesak’ mereka untuk memperoleh kebahagiaan sesegera mungkin sementara kebahagiaan di ‘usia tua’ seperti memiliki rumah nampaknya berada pada wish list paling akhir. Bukan berarti memiliki tempat tinggal tidak penting bagi mereka, gaya hidup anak muda saat ini memang agak sedikit berbeda dibanding pendahulunya. Terlihat jelas dari bagaimana mereka menyusun skala prioritas pada setiap jenjang kehidupan yang dilalui.

Taruhlah mereka dihadapkan pada dua pilihan antara membeli mobil atau menyicil rumah, manakah yang akan dipilih oleh para milenial menurut Anda?

Tergantung.

Mereka yang memiliki keinginan untuk berkeluarga biasanya akan lebih memilih untuk menyicil rumah dibanding mobil. Selain menawarkan citra positif kepada calon mertua, keamanan anak dan istri tentunya menjadi prioritas. Kepemilikan rumah pribadi adalah prasyarat utama untuk membangun keluarga yang sehat. Tersedianya hunian yang layak menjadi salah satu ciri dari keluarga yang sejahtera.

Berbeda bagi mereka yang memutuskan single dalam jangka waktu tertentu. Produktivitas mereka biasanya ‘terjamin’ lewat ketersediaan sarana transportasi. Mobilitas harus terus terjaga se-ekstrem apapun cuacanya. Memang betul bahwa saat ini bekerja dari jarak jauh menjadi hal yang biasa. Namun, generasi produktif ini terlalu cepat bosan. Mereka rela menempuh sekian jarak untuk menemukan co-working space yang nyaman untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Tidak heran ketika pandemi banyak orang yang memilih bali sebagai lokasi yang ideal ‘working from home. ’Padahal fasilitas internet sebenarnya hampir tersedia di berbagai sudut kota di Indonesia. Artinya, hunian dimasa depan dalam dunia yang semakin hybrid harus bisa menyediakan suasana hiburan&bekerja dalam satu ruangan yg sama.

Digital Nomad (Foto: Pixabay)

Ini menjadi sinyal bagi para penyedia KPR ataupun developer bagaimana menggaet para milenial untuk memiliki hunian bukan hanya karena harganya yang terjangkau tetapi tersedianya productive space dalam satu bangunan. Secara estetika terpenuhi begitupun dari segi fungsionalnya.

Sayangnya ketika berbicara soal rumah masih banyak dikalangan masyarakat terutama dari mereka yang berpenghasilan rendah (MBR), termasuk milenial, masih tidak sanggup untuk membeli rumah.

Menurut survey Rumah.com 50 persen milenial mengaku tidak punya cukup uang untuk membeli rumah.

“Tiga alasan tertinggi yang menjadi hambatan generasi milenial untuk membeli property yaitu yang pertama tidak memiliki cukup tabungan. Kedua belum menikah dan ketiga masih ingin merawat orang tua.” ujar Country Manager Rumah.com Marine Novita dalam Webinar Tren Hunian Pascapandemi: Temuan Konsumen Sentimen Studi dan Langkah Industri Properti.

Sementara survey yang dilakukan BTN mengungkapkan beberapa alasan milenial belum membeli rumah diantaranya belum menemukan rumah yang tepat (28,6%), belum mampu secara finansial (24,9%), belum mampu membayar DP (17%), belum mampu bayar KPR (10,4%), belum perlu (5,4%), dan belum terpikir (2,79%).

Seperti yang disampaikan di awal bahwa karakteristik hunian yang tidak sesuai dengan konsep ‘rumah idaman’ dikepala para milenial menjadi salah satu alasan mengapa renter generation lebih memilih untuk menyewa dibanding membeli rumah.

Direktur Utama PT.SMF, Ananta Wiyogo juga mengungkapkan bahwa salah satu persoalan yang membuat generasi milenial sulit memiliki tempat tinggal atau rumah adalah soal selera.

“Tapi kan seleranya lain, dia ingin suasana rumah yang dekat dengan public transportation, dan harganya kan ngga bisa murah. Harusnya harganya yang lebih tinggi,” ujar Ananta dalam Webinar Ekosistem Pembiayaan Perumahan untuk mewujudkan Pembiayaan Perumahan Yang Terjangkau, Rabu (23/11/2022)

Sudah bukan rahasia lagi jika harga properti selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Data terakhir dari Indonesia Property Market Index menunjukkan indeks harga properti naik tipis sebesar 1% secara kuartalan, sementara secara tahunan naik sebesar 4,9%.

Rata-rata milenial memiliki kemampuan membeli rumah pada kisaran harga 200 juta sampai 400 juta dengan cara kredit. Rumah seharga itu terkadang berada cukup jauh dari pusat perkotaan. Lokasi tempat tinggal yang terlampau jauh dari kantor tentunya hanya akan menambah beban pengeluaran.

Ketika harga rumah 400 jutaan berada dipinggiran kota, jauh dari tempat kerja, dan minimnya fasilitas transportasi, orang cenderung akan lebih memilih tinggal dipusat kota dengan fasilitas umum yang lengkap sekalipun dengan cara menyewa. Sementara ketika kita sibuk membayar biaya sewa perbulan, pihak lain terus membenahi diri dengan menyediakan fasilitas transportasi, pusat perbelanjaan dan fasilitas layanan kesehatan yang dekat dengan perumahan tersebut.

Lalu apa yang akan terjadi?

Permintaan rumah di lokasi tersebut mengalami peningkatan seiring dengan tersedianya fasilitas umum yang lengkap, dekat dan murah. Akibatnya harga rumah menjadi semakin mahal. Kenaikan upah pun tidak sebanding dengan tingkat inflasi. Suku bunga tidak dapat diprediksi begitupun dengan faktor eksternal lainnya yang bisa memicu gejolak ekonomi yang kuat.

Pada akhirnya penundaan menjadikan para milenial makin sulit untuk membeli rumah. Dengan asumsi nilai property yang akan terus mengalami peningkatan tiap tahunnya sementara nilai uang terus tergerus oleh adanya inflasi, apa yang sebaiknya dilakukan oleh milenial untuk mengantisipasi agar kejadian seperti ilustrasi diatas tidak terjadi?

Kesenjangan Perumahan

Construction Site (Foto: Pixabay)

Masih ingat Program Sejuta Rumah yang dicanangkan pemerintah sejak 2015?

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Perumahan mencatat hingga tanggal 30 November 2022, capaian Program Sejuta Rumah (PSR) di Indonesia telah menembus angka 1.060.486 unit. Sebanyak 787.215 diantaranya merupakan unit rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan 273.271unit rumah non MBR.

Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 BPS mencatat terdapat 12,75 juta backlog perumahan dimana 47%-nya didominasi oleh kaum muda serta setiap tahunnya terdapat 600.000 sampai 800.000 rumah tangga baru. Terdapat gap affordability dimana rumah yang bisa disediakan jauh lebih sedikit dibanding yang dibutuhkan sementara penghasilan yang ada saat ini tidak cukup untuk membeli rumah yang ada disebabkan harga rumah yang mahal dan bunga KPR yang terus merangkak naik.

Maka dari itu dibutuhkan intervensi pemerintah untuk mengatasi backlog yang ada melalui berbagai policy terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan non fixed income. Tentunya dibutuhkan kerjasama semua pihak, tidak hanya dari pemerintah, namun pengembang, perbankan, masyarakat dan swasta harus berkolaborasi agar bisa mencapai target Backlog 0 persen pada tahun 2045 nanti.

Pemerintah sendiri melalui APBN telah bekerja keras untuk mengurangi kesenjangan baik dari sisi demand ataupun supply melalui berbagai program pembiayaan perumahan diantaranya adalah melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), SBUM (Subsidi Bantuan Uang Muka) dan SSB (Subsidi Selisih Bunga).

PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau PT SMF sebagai perusahaan yang bergerak dalam pembiayaan sekunder perumahan mendapatkan alokasi APBN melalui Penyertaan Modal Negara (PNM) sebesar 2 triliun. Investasi tersebut diharapkan mampu menyediakan pembiayaan jangka panjang dan menengah kepada penyalur KPR Bersubsidi melalui program FLPP agar Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) memiliki kesempatan untuk memiliki rumah yang layak dan terjangkau.

“Kita berharap tentu dana yang berasal dari uang rakyat bisa hasilkan manfaat yang maksimal bagi masyarakat dan perekonomian,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dikutip dari Antara, Jumat (16/12/2022)

PT SMF ini merupakan sebuah perseroan di bawah naungan Kementerian Keuangan yang berperan sebagai Special Mission Vehicle (SMV) dan fiscal tools pemerintah dalam mendukung kepemilikan rumah yang layak dan terjangkau bagi seluruh keluarga di Indonesia.

Manfaatkan KPR Subsidi atau KPR FLPP

House Property (Foto: Pixabay)

Setidaknya ada empat tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan kepemilikan rumah bagi masyarakat diantaranya adalah:

1.        Affordability

Suku bunga yang terus naik akan menghalangi kemampuan masyarakat untuk memiliki rumah terutama bagi mereka yang masuk pada segmen masyarakat berpenghasilan rendah.

2.        Availability

Ketersediaan lahan sangat terbatas sementara setiap tahunnya jumlah masyarakat terus bertambah. Ada 12,75 juta backlog perumahan di Indonesia.

3.        Accessibility

60% masyarakat kita bekerja pada sektor informal dan memiliki penghasilan yang tidak tetap. Dengan kondisi seperti ini akan sulit mengakses KPR dari perbankan.

4.        Sustainability

Keberlanjutan dari sisi pembiayaan baik untuk jangka menengah ataupun jangka panjang.

Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) merupakan program yang memberikan akses pemilikan rumah murah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang memiliki skema angsuran tetap selama 20 tahun. Hal ini menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi backlog yang ada.

“Kami berkolaborasi untuk salurkan menjadi KPR FLPP dengan bunga 5 persen dengan jangka waktu 20 tahun,” ujar Direktur Keuangan Opersional SMF Bonai Subiakto dalam acara Webinar “Mengatasi Backlog Perumahan di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga,” Rabu (05/10/2022).

Dengan menyediakan akses rumah layak dan terjangkau diharapkan kesejahteraan dari MBR bisa meningkat. Sesuai Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Sebagai informasi tambahan, PT SMF tidak secara langsung bersinggungan dengan penerima manfaat KPR Subsidi melainkan melalui penyediaan pembiayaan dana jangka panjang ataupun menengah bagi perbankan ataupun non bank yang menyediakan Kredit Kepemilikan Rumah ataupun Kredit Kepemilikan Apartemen (KPR/KPA).

Pada tahun 2019 SMF telah berhasil merealisasikan dukungannya terhadap program Pemerintah dalam mewujudkan Program Perumahan Berbasis Komunitas khususnya bagi masyarakat berpenghasilan tidak tetap.SMF telah menggandeng Grab Indonesia untuk memberikan akses KPR melalui Program KPR SMF-Grab bagi para driver GrabCar.

Di akhir tahun 2022 SMF juga menggandeng entitas multifinance Proline Finance dan platform lokapasar (marketplace) Pinhome untuk menyalurkan pembiayaan property melalui skema rent to own (sewa-beli). Pola pembiayaan ini menyasar segmen pekerja informal yang non fixed income namun memiliki kemampuan menyicil yang memadai tetapi tidak memenuhi ‘kriteria bank’ untuk menerima layanan KPR.

“Program ini merupakan salah satu upaya dan bentuk keperpihakan kami kepada masyarakat Indonesia untuk memperoleh haknya dalam mendapatkan hunian yang layak dan terjangkau, khususnya bagi masyarakat yang membutuhkan dan belum terfasilitasi,” ujar Dirut SMF Ananta Wiyogo seperti yang dikutip dari bisnis.com.

Menurut Kementerian PUPR, saat ini ada sekitar 81 juta generasi milenial di Indonesia yang masih belum memiliki rumah. Seperti yang disebutkan diatas bahwa persoalan selera juga menjadi faktor penentu apakah anak muda ingin membeli rumah atau menyewa, Melalui skema RTO, mereka bisa memilih di akhir kontrak apakah ingin memiliki rumah tersebut atau tidak.

Investasi di EBA-SP Ritel

Stock Market (Foto: Pixabay)

Apa itu EBA-SP Ritel? Di kutip dari situs resmi PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) Efek Beragun Aset-Surat Partisipasi (EBA-SP) Ritel merupakan produk dari proses sekuritasi, dimana sesuai namanya merupakan efek (surat utang) yang memiliki agunan/jaminan/underlying dan diperdagangkan kepada investor ritel.

Secara sederhana EBA-SP ini mirip dengan obligasi yang memiliki underlying asset berupa sekumpulan tagihan-tagihan KPR dengan bunga per tahun diatas deposito (8,75%) dan bisa dibeli dengan harga yang cukup terjangkau mulai dari Rp 100.000.

Saat ini SMF merupakan satu-satunya penerbit EBA-SP yang diatur oleh OJK dan secara konsisten mendapatkan rating idAAA, tertinggi dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Jadi merupakan salah satu instrument investasi yang aman, menguntungkan dan sangat likuid. Karena PT SMF senantiasa bertindak sebagai standby buyer.

“Produk EB-SP yang ada underlying-nya itu adalah lebih aman daripada produk yang hanya fisik income tanpa underlying.Kedua secure,ratingnya bagus,return-nya juga kompetitif.Dan selama ini juga tidak pernah ada yang default (gagal bayar).Yang jelas dengan adanya instrument yang relatif aman,return-nya bagus,itu akan memberikan kenyamanan bagi investor untuk berinvestasi di EBA-SP dan juga membantu mengurangi backlog perumahan karena uangnya akan digunakan untuk mortgage yang baru,” kata Direktur Utama PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) Ananta Wiyogo Pada acara Securitization Summit 2022.

Instrumen investasi ini tentunya juga cocok bagi kalian yang ingin ikut berpartisipasi dalam mensejahterahkan keluarga Indonesia melalui pemenuhan papan (hunian) yang layak dan terjangkau. Dana yang terkumpul di pasar modal akan disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan perumahan.

Untuk informasi lebih lanjut seputar EBA serta keuntungan dan resikonya kalian bisa langsung mengunjungi Instagram @inveseries. Di sana akan banyak informasi seputar keuangan dan investasi. Akun tersebut sengaja dibuat oleh SMF sebaagi wadah literasi dan edukasi bagi anak muda milenial dan gen z yang tertarik pada dunia investasi.

 

Comments

Popular posts from this blog

Memajukan Desa Dengan Lidah Buaya

Alan Efendhi bersama mahasiswa magang dari UNS (Foto : ig @efendhi_alan.rv) Pemandangan berbeda tampak disalah satu pekarangan rumah warga di  jeruklegi ,  Desa Katongan ,  Kecamatan Nglipar ,  Kabupaten Gunungkidul ,  Yogyakarta . Tumbuhan berwarna hijau dengan sisi daun berduri, panjang dan menyempit pada ujungnya, serta memiliki daun berdaging tebal, berbunga dan berlendir berjejer rapi di hamparan tanah kering sedikit berpasir. Di bawah terik matahari seorang ibu-ibu dengan telaten menyiram tanaman-tanaman tersebut dengan selang air berwarna biru. Tidak jarang pemandangan itu menjadi tontonan dan bahan cibiran oleh warga sekitar yang berlalu-lalang. Seorang tani sedang menyiramkan air pada tanaman aloe vera (Foto: Screenshot Heroes CNN Indonesia ) “Emang mau nggudek (makan) lidah buaya ?” seloroh mereka. “Jangan didengerin, tugasnya ibu merawat, ke depan aku yang akan mengolah, enggak jual bahan mentah.” kata Alan menyemangati sang ibu melalui sambung...

Beberapa Alasan Mengapa UMKM Sebaiknya Memiliki Website

Template Layout Website (Foto: Pixabay) Pada tahun 2045 Indonesia diprediksi akan menempati peringkat ke 4 dengan ekonomi terkuat di dunia. Di tahun 2025, Indonesia akan memimpin sebagai Negara dengan ekonomi digital terbesar se-kawasan Asia Tenggara.Di tahun 2030, Indonesia akan memperoleh bonus demografi dimana hampir semua penduduknya berada pada usia produktif antara 15-64 tahun. Untuk tahun ini, apa kira-kira langkah pasti yang bisa di kerjakan untuk memperbaiki kondisi keuangan dan ekonomi Indonesia, terutama UMKM sebagai backbone ekonomi nasional? Dibalik kesenangan selalu ada kesukaran, Berakit-rakit dahulu, berenang-renang kemudian. Tak ada laut yang tak berombak, Siapa menjala, siapa terjun.   Peribahasa diatas mungkin sedikit mewakili situasi masyarakat ketika ditimpa suatu bencana (dalam hal ini Covid-19 ) yang tak terduga, tak disangka-sangka, dan tanpa antisipasi memadai, lalu kemudian secara bersamaan digempur oleh kecepatan dan kecanggihan teknologi yang sekal...