Skip to main content

Memajukan Desa Dengan Lidah Buaya

Alan Efendhi bersama mahasiswa magang dari UNS (Foto : ig @efendhi_alan.rv) Pemandangan berbeda tampak disalah satu pekarangan rumah warga di  jeruklegi ,  Desa Katongan ,  Kecamatan Nglipar ,  Kabupaten Gunungkidul ,  Yogyakarta . Tumbuhan berwarna hijau dengan sisi daun berduri, panjang dan menyempit pada ujungnya, serta memiliki daun berdaging tebal, berbunga dan berlendir berjejer rapi di hamparan tanah kering sedikit berpasir. Di bawah terik matahari seorang ibu-ibu dengan telaten menyiram tanaman-tanaman tersebut dengan selang air berwarna biru. Tidak jarang pemandangan itu menjadi tontonan dan bahan cibiran oleh warga sekitar yang berlalu-lalang. Seorang tani sedang menyiramkan air pada tanaman aloe vera (Foto: Screenshot Heroes CNN Indonesia ) “Emang mau nggudek (makan) lidah buaya ?” seloroh mereka. “Jangan didengerin, tugasnya ibu merawat, ke depan aku yang akan mengolah, enggak jual bahan mentah.” kata Alan menyemangati sang ibu melalui sambung...

Jika Orang Miskin dan Kaya Bisa Ditebak dari Raut Wajah, Kapan Waktu yang Tepat Untuk Operasi Plastik?

Surreal, Miniature (Foto: Pixabay)

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kita bisa menilai seseorang apakah ia miskin atau kaya dengan melihat wajahnya. Bukankah ini temuan yang menarik? Tidak. Kalian tidak perlu tergesa-gesa berdiri didepan cermin dan mengamati setiap fitur diwajahmu- apakah jarak antar kedua alis terlalu jarang atau tone wajahmu bersuhu dingin-? Menyebalkan, bukan? Ya. Tapi itulah yang dikatakan oleh sains.

Bukannya anti-sains, tapi temuan kali ini menebalkan kepercayaan saya jika sains sebaiknya menjadi rujukan kedua setelah agama. Kenapa? Karena yang meneliti adalah manusia dan yang menjadi objek penelitian adalah manusia. Tau kan kesamaan keduanya apa? Bias, rentan error, dan manipulatif. Itulah manusia. Tapi, karena ini merupakan sebuah penelitian ilmiah, berbasis data dan diuji cobakan, maka menaruh perhatian kepadanya dan merenungkannya menjadi penting. Cobalah berpikiran terbuka dan perluas perspektif alih-alih mengutuk sebuah temuan berbasis keilmuan yang mungkin bisa memberikan petunjuk mengapa operasi plastik itu tidak melulu soal estetika tapi ‘mungkin’ karena status sosial seseorang?

Perbedaan antara Si Miskin dan Si Kaya Memang Selalu Menarik Bagi Siapapun

Sebagai makhluk yang kasat mata dan sangat visual, sebenarnya kita tidak perlu marah, resah, dan gelisah ketika seseorang lebih mengandalkan tampilan fisik (visual) untuk menilai seseorang- apakah dia golongan kaya atau miskin, ataukah dia orang yang baik atau buruk-. Yang patut diwaspadai adalah ketika penilaian dangkal tersebut tanpa sadar mendorong seseorang untuk berlaku rasis, diskriminatif, seksis, arogan dan merendahkan. Privelese, kita selalu membahas bagaimana faktor harta dan kerupawanan seseorang mempengaruhi cara orang lain memperlakukan mereka. Dan benar. Memang seperti itulah adanya dan faktanya kita semua sangat rentan dengan halo effect - menilai orang dari sampulnya-.

Sekitar 63% menebak dengan akurat status sosial seseorang setelah diperlihatkan sejumlah foto berwarna hitam putih dengan ekspresi netral dan tanpa atribut apapun diwajah. Proses pertukaran informasi yang terjadi di otak mereka sepertinya berlangsung sangat cepat sehingga mereka sendiri bingung mengapa bisa menebak dengan benar. Bisajadi alam bawah sadar kita menyimpan setumpuk informasi yang begitu rinci tentang bagaimana seharusnya wajah orang kaya terlihat dan mengabaikan kecenderungan kita sebagai makhluk yang hobi menghakimi. Sekali lagi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika sana dengan ras kulit putih.

Figur-Figur Yang Dianggap Memenuhi Syarat

Elon Musk, Jeff Bezos, dan Mark Zuckerberg merupakan tiga miliarder yang dianggap ‘tepat’ memenuhi kriteria kaya tersebut. Wajah hangat, cerah dan kemerahan serta tampak bahagia dan sedikit tekanan. Lalu, bagaimana dengan wajah dingin tampak gelap, sedikit stres dan sangat tertekan? Entahlah. Mungkin kita hanya memilih sunblock yang SPF-nya terlalu rendah. Ingat ya minimal 30% kalau diluar ruangan. Kan di Indonesia status sosial bisa meroket seiring dengan tingkat kecerahan warna kulit. Makanya kan penelitiannya menggunkaan foto monokrom, bisa dibayangkan jika berwarna dan dilakukan di Indonesia gimana jadinya.

Ciri-ciri orang yang iri adalah mereka yang mencari celah fisik setelah kapasitas intelektual, emosional ataupun spiritual tidak mampu mereka serang. Oleh karena itu don’t judge the book by it’s cover sebenarnya masih relevan meskipun hasil penelitian dari Universitas of Glasglow ini nampak menentangnya. Relevannya itu karena bisa menjaga kita dari sifat judgmental dan membeda-bedakan seseorang di era yang serba memuja tampilan fisik semata. Wajah pada dasarnya memang menyimpan misteri, menjadi jendela kehidupan, dan meninggalkan kesan perjuangan. Jika orang miskin dianggap memiliki ciri wajah yang sedikit tertekan dan dingin maka bisa jadi karena perjuangan hidup mereka memang selalu lebih berat dibanding yang kaya.

Semua Wajah Punya Aura

Seperti yang saya sampaikan di awal bahwa agama sebaiknya ditempatkan sebagai faktor utama dalam menilai sesuatu. Dari segi agama orang yang senang beribadah diidentikkan dengan wajah cerah dan bercahaya. Bagaimana definisi dari wajah cerah dan bercahaya itu? Sangat subjektif, bisa jadi kita merasa teduh ketika memandang wajahnya, merasa damai atau merasa bahagia ketika berada didekatnya. Cerah bukan berarti seterang matahari atau bercahaya bukan berarti memancarkan sinar putih. Aura adalah sesuatu yang tricky ketika dikaitkan dengan ciri fisik tertentu. Kenyataannya kita selalu tertipu dan menjadi korban dari halo effect.

Dalam dunia kejahatan, kriminolog menempatkan ciri fisik, tepatnya fitur wajah untuk menilai seorang penjahat. Orang-orang ini secara hukum terbukti jahat dan sedang menjalani masa tahanan. Artinya, penelitian semacam ini- yang mengaitkan ciri fisik dengan karakter tertentu- bisajadi mengandung kebenaran. Tidak hakiki memang tapi sangat dibutuhkan pada tingkatan tertentu. Pada takaran tertentu, seseorang terutama wanita perlu mengandalkan instingnya yang bersumber dari informasi visual-mata- untuk menghindari niat jahat dari seorang pria.

Apa yang terjadi dalam penelitian tersebut lebih menekankan kepada kekuatan insting. Meskipun studi yang dipublikasikan di APA Journal of Experimental Pscychology itu mengungkapkan bahwa wajah orang kaya cenderung tirus, punya senyuman lebar, alis yang sedikit terangkat, mata yang tidak terlalu berjarak (berdekatan), dan kulit yang nampak cerah dan hangat. Sebaliknya wajah miskin memiliki kecenderungan wajah yang jauh lebih lebar, pendek, datar, bagian mulut yang sedikit turun, dan kompleksi kulit yang lebih dingin. Segala fitur-fitur ini mencerminkan tingkat kepercayaan, kompetensi dan keramahan seseorang. Dan bisa ditebak bahwa mereka yang berciri miskin dianggap kurang kompeten dan tidak bisa diandalkan.

Kapan Harus Operasi Plastik?

Haruskah kita mengubah wajah biar terkesan kaya? Apakah mengubah raut wajah miskin otomatis membuka banyak peluang untuk menjadi kaya raya? Hasil penelitian lain tidak kalah pahitnya dimana orang yang good looking lebih mungkin mendapatkan vonis hukuman yang jauh lebih rendah dibanding tuntutan jaksa. Bagaimana dengan dunia ketenagakerjaan? Ya, berpenampilan menarik selalu nyantol disalah satu persyaratan calon pelamar. Di Korea Selatan, banyak orang yang melakukan operasi plastik untuk mengubah nasib mereka. Dan terbukti, mendapatkan pekerjaan akan lebih mudah bagi mereka yang memiliki perawakan yang rupawan. Bagiamana dengan mengubah nama saja? Apakah mengubah nama akan sama efektinya dengan operasi plastik ketika melawan nasib yang buruk? Entahlah. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait hal tersebut. Pastinya orang kaya memiliki privelese untuk mendapatkan fasilitas perawatan terbaik yang tersedia di seluruh penjuru dunia.

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Memajukan Desa Dengan Lidah Buaya

Alan Efendhi bersama mahasiswa magang dari UNS (Foto : ig @efendhi_alan.rv) Pemandangan berbeda tampak disalah satu pekarangan rumah warga di  jeruklegi ,  Desa Katongan ,  Kecamatan Nglipar ,  Kabupaten Gunungkidul ,  Yogyakarta . Tumbuhan berwarna hijau dengan sisi daun berduri, panjang dan menyempit pada ujungnya, serta memiliki daun berdaging tebal, berbunga dan berlendir berjejer rapi di hamparan tanah kering sedikit berpasir. Di bawah terik matahari seorang ibu-ibu dengan telaten menyiram tanaman-tanaman tersebut dengan selang air berwarna biru. Tidak jarang pemandangan itu menjadi tontonan dan bahan cibiran oleh warga sekitar yang berlalu-lalang. Seorang tani sedang menyiramkan air pada tanaman aloe vera (Foto: Screenshot Heroes CNN Indonesia ) “Emang mau nggudek (makan) lidah buaya ?” seloroh mereka. “Jangan didengerin, tugasnya ibu merawat, ke depan aku yang akan mengolah, enggak jual bahan mentah.” kata Alan menyemangati sang ibu melalui sambung...

Pengen Punya Rumah? Ini Salah Satu Investasi Yang Bisa Dilakukan

  Homebuying (Foto: Pixabay) Berbeda dibanding generasi sebelumnya milenial menganggap kepemilikan rumah bukan menjadi hal yang mendesak. Alih-alih membeli mereka lebih senang dengan menyewa tempat tinggal. Alasannya bisa bermacam-macam mulai dari fleksibiltas, berpindah-pindah agar menemukan suasana baru yg nyaman sampai keengganan memiliki hunian yang tidak sesuai dengan karakteristik ‘ rumah idaman .’ Renter generation . Ya, itulah julukan untuk para milenial saat ini. Usia muda ‘mendesak’ mereka untuk memperoleh kebahagiaan sesegera mungkin sementara kebahagiaan di ‘usia tua’ seperti memiliki rumah nampaknya berada pada wish list paling akhir. Bukan berarti memiliki tempat tinggal tidak penting bagi mereka, gaya hidup anak muda saat ini memang agak sedikit berbeda dibanding pendahulunya. Terlihat jelas dari bagaimana mereka menyusun skala prioritas pada setiap jenjang kehidupan yang dilalui. Taruhlah mereka dihadapkan pada dua pilihan antara membeli mobil atau menyicil r...

Beberapa Alasan Mengapa UMKM Sebaiknya Memiliki Website

Template Layout Website (Foto: Pixabay) Pada tahun 2045 Indonesia diprediksi akan menempati peringkat ke 4 dengan ekonomi terkuat di dunia. Di tahun 2025, Indonesia akan memimpin sebagai Negara dengan ekonomi digital terbesar se-kawasan Asia Tenggara.Di tahun 2030, Indonesia akan memperoleh bonus demografi dimana hampir semua penduduknya berada pada usia produktif antara 15-64 tahun. Untuk tahun ini, apa kira-kira langkah pasti yang bisa di kerjakan untuk memperbaiki kondisi keuangan dan ekonomi Indonesia, terutama UMKM sebagai backbone ekonomi nasional? Dibalik kesenangan selalu ada kesukaran, Berakit-rakit dahulu, berenang-renang kemudian. Tak ada laut yang tak berombak, Siapa menjala, siapa terjun.   Peribahasa diatas mungkin sedikit mewakili situasi masyarakat ketika ditimpa suatu bencana (dalam hal ini Covid-19 ) yang tak terduga, tak disangka-sangka, dan tanpa antisipasi memadai, lalu kemudian secara bersamaan digempur oleh kecepatan dan kecanggihan teknologi yang sekal...