Jika Orang Miskin dan Kaya Bisa Ditebak dari Raut Wajah, Kapan Waktu yang Tepat Untuk Operasi Plastik?
![]() |
| Surreal, Miniature (Foto: Pixabay) |
Bukannya anti-sains, tapi temuan kali
ini menebalkan kepercayaan saya jika sains sebaiknya menjadi rujukan kedua
setelah agama. Kenapa? Karena yang meneliti adalah manusia dan yang menjadi
objek penelitian adalah manusia. Tau kan kesamaan keduanya apa? Bias, rentan error,
dan manipulatif. Itulah manusia. Tapi, karena ini merupakan sebuah penelitian
ilmiah, berbasis data dan diuji cobakan, maka menaruh perhatian kepadanya dan
merenungkannya menjadi penting. Cobalah berpikiran terbuka dan perluas
perspektif alih-alih mengutuk sebuah temuan berbasis keilmuan yang mungkin bisa
memberikan petunjuk mengapa operasi plastik itu tidak melulu soal estetika tapi
‘mungkin’ karena status sosial seseorang?
Perbedaan antara Si Miskin dan Si Kaya
Memang Selalu Menarik Bagi Siapapun
Sebagai makhluk yang kasat mata dan
sangat visual, sebenarnya kita tidak perlu marah, resah, dan gelisah ketika
seseorang lebih mengandalkan tampilan fisik (visual) untuk menilai seseorang-
apakah dia golongan kaya atau miskin, ataukah dia orang yang baik atau buruk-.
Yang patut diwaspadai adalah ketika penilaian dangkal tersebut tanpa sadar
mendorong seseorang untuk berlaku rasis, diskriminatif, seksis, arogan dan
merendahkan. Privelese, kita selalu membahas bagaimana faktor harta dan
kerupawanan seseorang mempengaruhi cara orang lain memperlakukan mereka. Dan
benar. Memang seperti itulah adanya dan faktanya kita semua sangat rentan
dengan halo effect - menilai orang dari sampulnya-.
Sekitar 63% menebak dengan akurat status
sosial seseorang setelah diperlihatkan sejumlah foto berwarna hitam putih
dengan ekspresi netral dan tanpa atribut apapun diwajah. Proses pertukaran
informasi yang terjadi di otak mereka sepertinya berlangsung sangat cepat
sehingga mereka sendiri bingung mengapa bisa menebak dengan benar. Bisajadi
alam bawah sadar kita menyimpan setumpuk informasi yang begitu rinci tentang
bagaimana seharusnya wajah orang kaya terlihat dan mengabaikan kecenderungan
kita sebagai makhluk yang hobi menghakimi. Sekali lagi ini merupakan hasil penelitian
yang dilakukan di Amerika sana dengan ras kulit putih.
Figur-Figur Yang Dianggap Memenuhi
Syarat
Elon Musk, Jeff Bezos, dan Mark
Zuckerberg merupakan tiga miliarder yang dianggap ‘tepat’ memenuhi kriteria
kaya tersebut. Wajah hangat, cerah dan kemerahan serta tampak bahagia dan
sedikit tekanan. Lalu, bagaimana dengan wajah dingin tampak gelap, sedikit
stres dan sangat tertekan? Entahlah. Mungkin kita hanya memilih sunblock
yang SPF-nya terlalu rendah. Ingat ya minimal 30% kalau diluar ruangan. Kan di
Indonesia status sosial bisa meroket seiring dengan tingkat kecerahan warna
kulit. Makanya kan penelitiannya menggunkaan foto monokrom, bisa dibayangkan
jika berwarna dan dilakukan di Indonesia gimana jadinya.
Ciri-ciri orang yang iri adalah mereka
yang mencari celah fisik setelah kapasitas intelektual, emosional ataupun
spiritual tidak mampu mereka serang. Oleh karena itu don’t judge the book by
it’s cover sebenarnya masih relevan meskipun hasil penelitian dari Universitas
of Glasglow ini nampak menentangnya. Relevannya itu karena bisa menjaga
kita dari sifat judgmental dan membeda-bedakan seseorang di era yang
serba memuja tampilan fisik semata. Wajah pada dasarnya memang menyimpan
misteri, menjadi jendela kehidupan, dan meninggalkan kesan perjuangan. Jika
orang miskin dianggap memiliki ciri wajah yang sedikit tertekan dan dingin maka
bisa jadi karena perjuangan hidup mereka memang selalu lebih berat dibanding
yang kaya.
Semua Wajah Punya Aura
Seperti yang saya sampaikan di awal
bahwa agama sebaiknya ditempatkan sebagai faktor utama dalam menilai sesuatu.
Dari segi agama orang yang senang beribadah diidentikkan dengan wajah cerah dan
bercahaya. Bagaimana definisi dari wajah cerah dan bercahaya itu? Sangat
subjektif, bisa jadi kita merasa teduh ketika memandang wajahnya, merasa damai
atau merasa bahagia ketika berada didekatnya. Cerah bukan berarti seterang matahari
atau bercahaya bukan berarti memancarkan sinar putih. Aura adalah sesuatu yang tricky
ketika dikaitkan dengan ciri fisik tertentu. Kenyataannya kita selalu tertipu
dan menjadi korban dari halo effect.
Dalam dunia kejahatan, kriminolog
menempatkan ciri fisik, tepatnya fitur wajah untuk menilai seorang penjahat.
Orang-orang ini secara hukum terbukti jahat dan sedang menjalani masa tahanan. Artinya,
penelitian semacam ini- yang mengaitkan ciri fisik dengan karakter tertentu- bisajadi
mengandung kebenaran. Tidak hakiki memang tapi sangat dibutuhkan pada tingkatan
tertentu. Pada takaran tertentu, seseorang terutama wanita perlu mengandalkan
instingnya yang bersumber dari informasi visual-mata- untuk menghindari niat
jahat dari seorang pria.
Apa yang terjadi dalam penelitian
tersebut lebih menekankan kepada kekuatan insting. Meskipun studi yang
dipublikasikan di APA Journal of Experimental Pscychology itu
mengungkapkan bahwa wajah orang kaya cenderung tirus, punya senyuman lebar,
alis yang sedikit terangkat, mata yang tidak terlalu berjarak (berdekatan), dan
kulit yang nampak cerah dan hangat. Sebaliknya wajah miskin memiliki
kecenderungan wajah yang jauh lebih lebar, pendek, datar, bagian mulut yang
sedikit turun, dan kompleksi kulit yang lebih dingin. Segala fitur-fitur ini
mencerminkan tingkat kepercayaan, kompetensi dan keramahan seseorang. Dan bisa
ditebak bahwa mereka yang berciri miskin dianggap kurang kompeten dan tidak
bisa diandalkan.
Kapan Harus Operasi Plastik?
Haruskah kita mengubah wajah biar
terkesan kaya? Apakah mengubah raut wajah miskin otomatis membuka banyak
peluang untuk menjadi kaya raya? Hasil penelitian lain tidak kalah pahitnya dimana
orang yang good looking lebih mungkin mendapatkan vonis hukuman yang
jauh lebih rendah dibanding tuntutan jaksa. Bagaimana dengan dunia
ketenagakerjaan? Ya, berpenampilan menarik selalu nyantol disalah satu
persyaratan calon pelamar. Di Korea Selatan, banyak orang yang melakukan
operasi plastik untuk mengubah nasib mereka. Dan terbukti, mendapatkan
pekerjaan akan lebih mudah bagi mereka yang memiliki perawakan yang rupawan.
Bagiamana dengan mengubah nama saja? Apakah mengubah nama akan sama efektinya
dengan operasi plastik ketika melawan nasib yang buruk? Entahlah. Dibutuhkan
penelitian lebih lanjut terkait hal tersebut. Pastinya orang kaya memiliki
privelese untuk mendapatkan fasilitas perawatan terbaik yang tersedia di seluruh
penjuru dunia.

Comments
Post a Comment